PENGANTAR REDAKSI
Saban bulan kami terbit
tempo hari kami mati
Merinding terasa panas
mencoba untuk memanas
Membakar diri, namun enggan terkelupas
Hanya mencari semangat
Akhirnya menjadi hangat, hidup kembali
Di pegang, di baca lalu memberi motivasi, inspirasi
Untuk yang peduli diri dan kerabat, garing datar sesama….
Yah...inilah kami, terbit kembali dari gerbang komunitas. Komunitas generasi yang mungkin sekedar kerikil diantara timbunan, bebatuan yang beku. Namun kami tak beku, kami ingin bersayap, terbang dan mengelokkan mata yang memandang. Memandang indahnya generasi yang berkarya, berkarya ???. Berkarya? ya! Berkarya, bersama semangatnya di atas campuran partikel yang diolah, berharap kokoh dan mempani menjadi insan yang madani
Jika kamu, masih menganggap mereka kerikil, itu lebih baik. Asal kau jangan konotasikan mereka kerikil kecil yang berbahaya dan menjatuhkanmu. Anggaplah mereka kerikil yang mampu membangun, kerikil yang bernafas, kerikil yang mampu membangunkanmu apartement pencakar langit, kerikil yang bersayap. Kerikil yang kelak membawamu terbang menuju sorga, karena sungguh kaulah yang lahirkan kerikil itu.
Inilah kalimat pengantar yang kami suguhkan mengiringi terbitnya tabloid ini, meski kami terbit saban-sabanan dan tempo-tempoan, namun kami selalu bercita-cita terbit seperti terbitnya Matahari di setiap hari, begitupun energinya, cahayanya, auranya untuk generasi.
Dari ujung pena kami haturkan trimakasih atas nafasnya dalam kurikulum otodidak mengenal diri dan orang lain melalui yang dilihat, ditelusuri dan selebihnya dibaca dengan bismirobbikallazikhalaq.
Salam Redaksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar