BANYAK MEMBACA AKAN MEMBUAT HIDUP LEBIH INDAH - MEMBACA MENJADIKAN WAWASAN, INTELEKTUALITAS, KECERDASAN DAN KEMAMPUAN SEMAKIN TERASAH - MEMBACALAH UNTUK MASA DEPAN LEBIH CERAH

Gerakan Preventif Pergaulan Bebas Remaja untuk Generasi Indonesia Inovatif

MASA REMAJA TAK SEINDAH KELAK MEMBANGUN KELUARGA. NAMUN PASTI INDAH JIKA MASA REMAJA ANDA GUNAKAN SEBAGAI MASA PEMBANGUNAN. JADILAH PESULAP MASA DEPANMU. JAUHI FOYA - FOYA DAN PERMAIANAN YANG TAK BERGUNA. KEINDAHAN DIUSIA REMAJAMU HANYALAH SEMU. JIKA KEINDAHAN ITU TIDAK ANDA SERTAI DENGAN MEMBANGUN. MEMBANGUN DIRI, POTENSI DAN SEMUA ANUGERAH TUHAN YANG DIAMANATKAN KEPADAMU. SYUKURILAH DAN KEJAR IMPIANMU. TUHAN TIDAK BUTA DAN TULI TERHADAP TUHAN YANG BERBHAKTI KEPADA PERINTAHNYA

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

HIDUP BUKAN SEKEDAR BERNAFAS. TAPI HIDUP ADALAH KETIKA KITA BISA MEMBERIKAN BANYAK MANPAAT TERHADAP HIDUP ORANG LAIN

Usia MTs Hampir Putus Sekolah, Ketika Dewasa Bertekad Rintis SMK

Oleh : yazam linklove
Rubrik Figur Inspirasi – Tabloid LINKLOVE  Edisi 3 (Januari –Maret 2012) Tahun II 2012

Kerja keras, tekad kuat, semangat baja dan pantang menyerah dari masa lalu figure – figure yang tergolong sukses dalam merintis dan membangun, terbukti menjadi do’a termakbul untuk menggapai cita – cita. Halangan, rintangan, ujian, onak dan duri seolah menjadi lumrah sebagai batu cadas nan tajam dimasa yang dikonotasikan indah, yang pernah dilaluinya dulu. ”ujian itu motivasi” cetusnya. Siapakah dia?

Apakah masa itu menyakitkan?. Jangan ditanya lagi cukup jelas terbayang sebagai memory pahit masa lalu dalam mengenyam pendidikan. Usia remaja tahap awal yang jika disetarakan dengan usia sekolah, dia masih mengenyam pendidikan di MTs/SMP kala itu. Berkisar antara 13 sampai 16 tahun usianya, usia yang sangat indahkan?. Tapi tidak untuk figure yang satu ini, justru usia dewasa saat inilah  tempat usia indahnya, karena dulu beliau pernah mengenyam masa pahit yang tak pelak selalu dihantui keputusasaan, keluh kesah, tangis dan semua yang disebut penderitaan.
Namun karena perjuangan gigihnya dan ketabahannya, maka diusianya yang ke 30 lebih inilah tempat beliau merasakan kebahagiaan, sebagai gaji dari derita yang pernah menghempas masa remaja awalnya. Yah..! itulah gambaran umum masalalunya, yang kini menjadi kenangan indah, karena kuasa Ilahi yang tak buta dan tuli menjadi anugrah baginya. Ustadz Maliki, itulah figure yang akan menjadi Inspirasi kita pada Edisi 3 ini. Seorang figure yang menginspirasikan ketabahan dalam berjuang, jauh dari sipat manja diusia remajanya hingga perjuangan itu membuahkan hasil yang sebelumnya tak dibayangkannya. Maliki memang tidak tergolong kaya, apalagi bergelar konglomerat. Tetapi melirik masalalunya spantasnyalah beliau menjadi figure inspirasi.
Jika dibandingkan dengan usia dimasa – masa ini, dengan perbandingan remaja saat ini, pada masa remaja inilah kita sering merenggek, meminta uank, tinggal makan, tak dikasih belanja nangis, bahkan ada pula yang membebaskan parang ke leher orang tuanya ketika fasilitas bergaya tak diberikan, tak sampai disitu, remaja yang melenggang bebas tuk menikmati buaian miraspun banyak. Ketika salah langkah, amanat orangtuapun sering diselewengkan. Uank yang semstinya digunakan untuk bayar SPP, malah digunakan untuk membeli rokok, foya—foya pun bergaya. Izin pergi belajar malah ketemu pacar. Bahkan banyak pula remaja secara sembunyi - sembunyi menggunakan uank pemberian orang tua untuk pesta meneguk miras diluar pantaun dan pengetahuan Sekolah juga Orangtua.
                Pengalaman seperti demikian tak pernah dialami ustadz yang memiliki nama lengkap M. Maliki Nazri ini. “jangankan menyelewengkan uank dan kepercayaan orang tua yang pernah saya lakukan, sejak saya sekolah  MTspun saya sudah mulai mandiri dan tidak dibiayai orang tua” kenang Ustadz maliki yang saat ini menjadi Kepala MTs al - Muhtary di Desa Bung tiang Kecamatan Sakra Barat ini.
Dilanjutkan ustadz yang saat ini bergelar Sarjana Sosial ini, jika dulu ia hampir putus sekolah sejak usia MTsnya, tiada lain karena keterbatasan ekonomi  “ketika saya mau naik kelas 2 MTs dulu saya hampir putus Sekolah” cerita Maliki. Tetapi, lanjutnya, karena saya ingin sekali sekolah, Alhamdulillah Tuhan menunjukkan saya jalan dan memberikan saya kemudahan hingga saya bisa jadi seperti sekarang ini, paparnya.  Lebih lanjut diceritakan pula dimana dan bagaimana beliau mengabiskan masa remajanya di Kota Santri Pancor setelah lulus di Madrasah Tsnawiyah dimana beliau menjadi Kepala Sekolah Sekarang yaitu di MTs al - Muhtary NW Bung Tiang. Usai di SLTP dengan segala keterbatasannya beliaupun berkelana untuk menimba Ilmu  dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di Kota Santri Pancor. Kota seribu memory bagi Maliky, yang sampai kapanpun kan menjadi kenangan suci sebelum beliau kembali pulang untuk memanfaatkan Ilmunya di tengah kehidupan bermasyarakat serta ikut pula membangun almamater tercintanya tempat beliau menimba Ilmu dulu “MTs al—Muhtary NW Bung Tiang”. di MTs inilah beliau kini menjadi Kepala Sekolah.
                Dikota Santri itu pula Maliki menghabiskan masa remajanya, masa yang sedari kecil badai ujian belum sirna menghinggapinya, hingga teringat betul jika dirinya pernah memiliki anggaran Rp. 5000 untuk hidup selama satu bulan dalam pengembaraannya menuju negeri rantauan tempat beliau menimba Ilmu. Dengan uank segitu beliau tak kunjung patah semangat, beliau berangkat tentu menggunakan Angkot, terpotong juga yang Rp. 5000 itu sebagai ongkos, demikianlah Maliki dengan semangat juang tanpa batas. “saya masih ingat jika saya pernah membawa bekal hanya Rp. 5000 untuk satu bulan, itupun terpotong 1500 sebagai ongkos Angkot pada masa saya dulu, tetapi dengan kekuasaan Allah SWT, ada saja jalan untuk hidup sampai sekarang ini” cerita Maliki mengenang masa pahitnya.
Dengan keterbatasan itu tentu saja keseharian Maliki jauh dari dari hidup mewah, masa remaja adalah masa terindah “TIDAK DINIKMATI” dalam kamus kehidupan Maliki, tetapi dengan perjalanan seperti itu beliau mencari barokah atas rahmat Tuhan sang pemberi hidup, beliu memanfaatkan masa remaja dengan mencari kepuasan dan kenikmatan sejati dalam bingkai Rumah Suci “Mushalla Baitul Gafur “saya menggunakan masa remaja saya dengan belajar mengaji sambil membimbing putra - putri tetangga saya di lingkungan Bermi Pancor” kenangnya.  Dilanjutkannya, dulu sampai sekarang Mushalla tempat saya mengabdi masih ada di lingkungan Bermi, nama Mushalla itu, “Mushalla Baitul Gafur”. Disanalah keseharian saya dulu selain pergi ke Sekolah” cetusnya. Lalu apa yang menjadi prinsip Ustadz Maliki melewati rintangan itu?? “Ujian Itu Motivasi” demikian dipaparkan figure yang selalu terlihat ceria itu.
Setelah perjuangan melewati rintangan terjalnya jurang keterbatasan hingga keberhasilan melewati ujian itu dibayar kesuksesan, apakah Maliki sampai disana perjuangannya?? Tidak !!! justru saat ini beliau ingin mengukir sebuah prasasti yang nantinya mampu berguna untuk perkembangan generasi dibawah usia beliau. Beliau ingin merintis Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai wadah generasi untuk belajar dan berkarya lebih produktif.
Berjuang dan terus berjuang, itulah yang pantas ditauladani dari figure ini, beliau tidak peduli apakah akibat berfikir demi sesama, Konotasi rambut dikepala perlahan akan rontok ataukah yang lumrah rambut putih sampai diusia senja mengirinya?? Bukan M. Maliki Nazri namanya, jika dirinya tak menggunakan kehidupannya lebih bermanfaat “saya tidak ingin generasi - generasi ini mengalami nasip serupa, seperti saya dulu” harapnya.
Lalu SMK dengan jurusan dan kompetinsi keahlian apa yang akan dirintis beliau, apa motivasi dan tujuannya? Yang jelas, jika melihat figure perintisnya seperti Maliki—laju, inovasi, perkembangan dan manfaat SMK yang akan dirintisnya bersama keluarga Besar Yayasan Pondok Pesantren al—Muhtay NW Bung Tiang Kec. Sakra Barat—Pastinya memiliki visionerisme yang….  (BERSAMBUNG)

Rubrik Figur Inspirasi – Tabloid LINKLOVE  Edisi 3 (Januari –Maret 2012) Tahun II 2012


Tidak ada komentar: